BRMP Sulawesi Tengah Hadiri FGD Pengembangan Kakao di Sulawesi Tengah
Palu, 04 Agustus 2025 - Balai Penerapan Modernisasi Pertanian Sulawesi turut hadir pada kegiatan Forum Grup Dizcussion (FGD) Pengembangan Kakao Di Sulawesi Tengah yang diinisiasi oleh Bank Indonesia di Sriti Convention Hall Palu.
Kegiatan yang bertemakan Kakaonomiscs, Akselerasi Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan Melalui Pengembangan Kakao Sulawesi Tengah dibuka oleh Wakil Gubernur Sulawesi Tengah (dr. Reny A. Lamadjido), dilaksanakan secara hybrid dan dihadiri oleh sejumlah pejabat, di antaranya Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah, Deputi Bidang Usaha Menengah Kementerian UMKM, Sekretaris Badan Bank Tanah, Badan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, BRMP Sulawesi Tengah, Bupati Parigi Moutong, Bupati Poso, plt. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Parigi Moutong, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Poso, Ketua Perkumpulan Petani Kakao Terintegrasi, UMKM, dan petani Kakao dari Kabupaten Donggala, Sigi, Parigi Moutong, serta Poso.
Dalam sambutannya, Wagub dr. Reny menyatakan Sulawesi Tengah memiliki tanah yang subur dan iklim yang sangat mendukung bagi pertumbuhan tanaman Kakao. Dengan sinergi antar sektor, Sulawesi Tengah bisa menjadi sentra penghasil kakao berkualitas terbaik di Indonesia. Kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam mengembangkan sektor kakao sebagai komoditas unggulan daerah harus diperkuat agar mampu membangun ekosistem kakao yang tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan demi Sulawesi Tengah yang Nambaso.
FGD yang merupakan ruang diskusi kolaboratif ini menghadirkan beberapa narasumber yakni Deputi Bidang Usaha Menengah Kementerian UMKM Bagus Rachman, Sekretaris Badan Bank Tanah Jarot Wahyu Wibowo, Badan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Saleh Lubis, dan Ketua Perkumpulan Petani Kakao Terintegrasi Ruslan.
Dari hasil diskusi yang berkembang teridentifikasi beberapa permasalahan meliputi masih rendahnya penggunaan bibit berkualitas di tingkat petani, usia tanaman sebagian besar lebih dari 20 tahun sehingga perlu dilakukan peremajaan tanaman, kurangnya perawatan tanaman yang berpengaruh kepada produktivitas, keterbatasan akses pasar, serta dampak perubahan iklim yang mempengaruhi stabilitas harga biji kakao. Di sisi lain, berbagai peluang juga terbuka lebar, seperti pelatihan peningkatan kapasitas petani, diversifikasi produk olahan kakao bernilai tambah, sertifikasi kebun induk, hingga optimalisasi pemasaran digital.
Beberapa rencana tindak lanjut juga dihasilkan melalui FGD ini yang diharapkan dapat memperkuat posisi Sulawesi Tengah sebagai penghasil kakao unggulan nasional diantaranya membangun ekosistem bisnis UMKM berbasis klaster, penguatan lembaga ekonomi petani agar memiliki daya tawar yang kuat, ketersediaan bibit Kakao berkualitas dan bersertifikasi, dan pembiayaan hilirisasi untuk mendorong investasi pembangunan pabrik pengolahan.
Dengan adanya rencana tindak lanjut ini diharapkan mampu menghasilkan langkah-langkah konkret dalam memperkuat posisi Sulawesi Tengah sebagai penghasil kakao unggulan nasional serta meningkatkan kesejahteraan petani kakao. (MM)